Misteri di balik lagu " BONEKA ABDI "




 
BONEKA ABDI

duniamistiknegaraqq - Jakarta,  Mendengarkan lagu bagi sebagian orang adalah cara menghibur diri atau menghilangkan bosan. Di sisi lain, lagu yang sudah familiar di telinga ternyata ada beberapa yang dikaitkan dengan kejadian aneh atau misterius.

Bagi yang bermukim di daerah Jawa Barat, tentu hafal dengan lagu "Boneka Abdi". Mengingat lagu "Boneka Abdi" sudah ada sejak lama, hingga saat ini lagu tersebut masih kerap dinyanyikan oleh banyak orang, terutama anak-anak.

"Boneka Abdi" dibawakan dengan bahasa Sunda. Liriknya sebagai berikut: "Abdi teh ayeuna gaduh hiji boneka. Teu kinten saena sareng lucuna. Ku abdi di erokan, erokna sae pisan. Cing mangga tingali boneka abdi".

Jika diterjemahkan secara bebas dalam bahasa Indonesia kurang lebih artinya begini: Saya sekarang punya sebuah boneka. Tak terkira bagus dan lucu. Saya pakaikan rok, roknya pun bagus. Ayo silakan lihat boneka saya.

Sekilas tak ada yang mengerikan dari lagu anak-anak tersebut. Bahkan, nyaris tidak ada hal yang menyeramkan yang dikandung dari lirik lagunya. Makna lagunya pun cenderung riang dan gembira.

Lalu, dari mana unsur kemistikan lagu "Boneka Abdi" berasal?

Pada awalnya, lagu ini mulai jadi lagu menyeramkan kala muncul dalam film Jelangkung (2011) sebagai latar kedatangan hantu suster ngesot. Lagu tersebut semakin populer setelah dijadikan soundtrack dalam film horor berjudul Danur (2017).

Seperti diungkapkan penyanyi dan penulis Risa Saraswati saat membuat lagu Story of Peter yang bercerita tentang sahabat hantu. Untuk diketahui, Story of Peter merupakan sebuah album musik perdana milik Sarasvati yang merupakan sebuah projek solo Risa yang dirilis pada tahun 2011.

"Bukan berniat menakuti, tapi pada masanya lagu ini konon memang digemari oleh anak-anak Belanda yang dulu pernah tinggal di Hindia Belanda atau sekarang bernama Indonesia," kata Risa dalam blog-nya.

Selain itu, Risa sendiri mengaku ia pernah membawakan "Boneka Abdi" di atas sebuah panggung di Bandung bersama band Sarasvati. Menurut dia, pengunjung ketakutan mendengar lagu tersebut.

Kepopuleran lagu "Boneka Abdi" semakin meningkat seiring rilisnya film horor berjudul Danur yang disutradarai oleh Awi Suryadi di tahun 2017. Ceritanya pun diangkat dari sebuah novel misteri karangan dari Risa dengan judul Gerbang Dialog Danur.

Film ini mengisahkan tentang seorang perempuan bernama Risa yang mempunyai kemampuan indigo. Dari situ, ia bisa melihat hal-hal gaib yang tidak bisa dilihat orang lain. Risa sendiri bersahabat dengan lima hantu anak anak Hindia Belanda yang meninggal saat pendudukan Jepang. Kelimanya, yaitu Peter, Hans, Hendrick, William, dan Johnsen.

Barangkali setelah dijadikan soundtrack film Danur, lagu ini berubah menjadi cukup mencekam jika dinyanyikan sendiri. Hal itu mengingat dalam film tersebut dijadikan lagu pemanggil hantu atau arwah. 

Lagunya Berasal dari Eropa

Terlepas dari ada atau tidaknya unsur mistik, lagu "Boneka Abdi" memang memiliki sejarah sebab lagu tersebut berasal dari Jerman.

Judul lagu aslinya adalah "Hanschen Klein", sebuah lagu rakyat tradisional Jerman dan lagu anak-anak yang berasal dari periode Biedermeier dari abad ke-19. Bahkan, saking populernya, lagu tersebut akhirnya dibuat versi bahasa Inggris sebagai "Little Hans".

Beberapa sumber menyebutkan, lagu yang satu ini sering dinyanyikan oleh para penjajah Hindia Belanda saat berada di Indonesia.

Singkat cerita, para penduduk pribumi terutama kaum ibu sering menyanyikannya untuk menghibur anak-anak mereka dengan lagu tersebut karena mereka sering mendengar dari majikannya.

Dalam versi bahasa Jerman, lagu ini mengisahkan tentang seorang anak laki-laki bernama Hans yang berpetulang mengelilingi dunia. Berbeda dengan versi bahasa Sunda yang malah menceritakan tentang sebuah boneka lucu.

Kemiripan dari kedua lagu tersebut hanyalah dalam nadanya. Sedangkan, lirik dan judulnya sangat berbeda. Berikut lirik dari judul "Hanschen Klein".

Habschen klein ging allein, in die weite Welt hinein

Stock und Hut stehn ihm gut, ist gar wohlgemut

Doch die Mutter weinet sehr, hat ja nun kein Hanschen mehr

Da besinnt sich das Kind kehrt nach Haus geschwin.

Sedangkan dalam versi bahasa Inggris yaitu

Little Hans went alone, out into the wide world

Staff and hat suit him well, he is in good spirits

But his mother cries so much, for she no longer has little Hans

Look! the child changes his mind, and returns quickly home.

Cerita Rakyat

Retty Isnendes dari Departemen Pendidikan Bahasa Sunda Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) mengatakan, lagu "Boneka Abdi" merupakan produk Kakawihan. Kakawihan merupakan salah satu bentuk folklor lisan hasil kebudayaan lama masyarakat Sunda.

Kakawihan ini sering dikaitkan dengan kaulinan barudak urang Sunda, artinya bahwa kakawihan tidak terlepas dari sebuah nyanyian yang sering dibawakan pada permainan anak-anak masyarakat Sunda.

"Faktanya, lagu "Boneka Abdi" ini sudah ada sejak saya masih anak-anak usia lima tahun dan sering dinyanyikan oleh orangtua kepada anak-anaknya," kata Retty sambil menambahkan lagu tersebut bermaksud untuk menghibur anak-anak.

Lebih jauh Retty mengungkapkan, lagu "Boneka Abdi" pernah diteliti asal muasalnya. Jika dilihat dari kalimat yang dipakai dalam lagu tersebut, sangat besar kemungkinan pengarang lirik lagu ini berasal dari Priangan.

"Dapat disimpulkan lagu tersebut diciptakan seniman Priangan. Karena liriknya menggunakan undak-usuk (tingkatan bahasa Sunda) yang halus," ucapnya.

Meski lagu aslinya berasal dari Jerman, lagu "Boneka Abdi" sudah menjadi folklor di masyarakat. Hal itu diperkuat dengan keberadaan lagu tersebut yang sudah dinyanyikan lebih dari satu generasi.

"Kemungkinan ada produk budaya yang dibawa dari luar jika diketahui pembawanya. Untuk pembawanya siapa memang belum ada penelitiannya. Akan tetapi sudah kadung populer dan sampai ke tanah Sunda," kata Retty.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Horor Wisma Erni, Saksi Bisu Pembunuhan Satu Keluarga, Hantu Erni Sering Tampakkan Diri

Cerita Kisah Misteri Rumah Gurita di Bandung

Cerita Arwah Noni Belanda di Lawang Sewu